Tuesday, December 2, 2008

Doa

Doa pada dasarnya dibagi atas 3 jenis, yaitu penyembahan, permohonan, dan doa untuk orang lain.



1. Penyembahan
Doa penyembahan adalah reaksi spontan kita akan Tuhan. Saat kita menyadari kebesaran Tuhan, kehadiran-Nya dalam setiap aspek perjalanan hidup kita, atau kebaikan-Nya lewat ciptaan-Nya yang kita lihat dan rasakan di bumi ini, kita berdoa melalui penyembahan.

2. Permohonan
Doa permohonan adalah saat kita membawa kebutuhan atau permasalahan pribadi kita di hadapan Tuhan. Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa kebutuhan pribadi adalah hal egois. Namun, dalam doa yang diajarkan Yesus yakni yang kita sebut Doa Bapa Kami, disebutkan pula doa “Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya..dan janganlah membawa kami ke dalam percobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat.” (Mat.6:11,13).

3. Doa untuk orang lain (Doa syafaat)
Dalam jenis doa ini, yang kita lakukan bisa dibilang dalah seperti bekerja. Di sini, kita memanjatkan doa secara tak jemu-jemu untuk kepentingan orang lain, sesame manusia yang membutuhkan kasih dan pertolongan Kristus, bahkan untuk orang-orang yang membenci kita. Dalam jenis doa inilah kita dapat melihat bahwa pada hakikatnya, doa adalah juga sebuah peperangan rohani.

Sikap dalam berdoa
Sikap kita dalam berdoa adalah penting. Yang harus diingat, Tuhan lebih melihat sikap hati ketimbang apa yang tampak dari luar. Apalagi saat berdoa, yaitu saat kita berkomunikasi dan mengimani bahwa kia menghadap ke hadirat Allah.

1. Penerimaan
Kita harus berdoa dengan menerima fakta bahwa Tuhan lebih tahu apa yang kita perlukan ketimbang diri kita. Bahkan ia sudah mengetahui apa kebutuhan kia sebelum kita meminta kepada-Nya (Mat.6:8).

2. Iman
Berkat dari berdoa adalah nyata, seperti firman-Nya dalam Alkitab (Yak. 1:5-7). Maka dari itu, dalam berdoa kitapun harus percaya, mengamininya, dan berdoa tanpa keraguan akan janji-Nya itu.

3. Tidak henti-henti
Yesus sendiri memberikan tips ini dalam perumpamaan-Nya di Lukas 18:1-8. Jika saat ini doa Anda belum juga mendapat jawab, tetaplah berdoa, berseru, dan mengetuk pintu berkat Kerajaan Sorga.

4. Motivasi yang benar
Dalam Yakobus 4:1-3 kita dapat melihat ada juga yang berdoa tanpa jemu, bahkan mungkin juga dengan percaya, tapi doanya tak pernah dikabulkan karena permohonan doanya dilandasi oleh motivasi yang salah. Meminta pada Tuhan tidak salah, tapi motivasi kita juga harus benar dan sesuai kehendak-Nya. Contoh motivasi yang salah seperti permintaan Yohanes dan Yakobus (Mrk.10:35-37), sedangkan motivasi yang benar misalnya permintaan Raja Salomo muda (1 Raj. 3:3-15).

5. Seturut kehendak Allah
Yohanes menegaskan janji ini, ”Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.” (1 Yoh 5:14). Doa kita pasti akan dikabulkan jika seturut dengan kehendak Tuhan yang jelas dinyatakan dalam Alkitab. Contoh: Tuhan pasti mengabulkan doa kita yang ingin bertobat dan kembali kepada-Nya (1 Yoh.1:9). Namun, jika apa yang kita minta tidak langsung diungkapkan dalam Alkitab, kita harus berserah supaya hanya kehendak-Nya saja, dan bukan kehendak kita yang terjadi.

6. Dengan kepatuhan
Yakobus menyatakan “Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (yak.5:16). Tuhan akan mengabulkan permohonan doa dari orang benar, yaitu yang terbukti patuh dan mau menuruti setiap kehendak-Nya. Surat Yohanes menegaskan janji ini “dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbua apa yang berkenan kepada-Nya” (1 Yoh.3:22).

7. Mengucapkan syukur
“Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohanan dengan ucapan syukur” (Flp. 4:6). Setiap doa dan permohonan kita pada Tuhan hendaknya kita sampaikan dengan ucapan syukur. Ketimbang mengeluh dan marah kepada Tuhan, kita harus lebih dulu ingat segala kebaikan Tuhan atas berkat, kehidupan, janji, dan pelajaran yang sangat baik yang telah kita terima sepanjang hidup ini. Tuhan menyukai dan akan mengabulkan doa dari hati yang penuh syukur dan memuliakan nama-Nya ketimbang yang bersungut-sungut.

Membangun kehidupan Doa yang sehat.

1. Doa secara teratur
Jangan hanya berdoa saat Anda merasa ada sesuatu yang ingin didoakan. Sebagaimana dicontohkan Daniel (Dan.6:10) jadikan doa sebagai kegiatan rutin dan teratur dan tak terpisahkan dalam aktivitas keseharian anda. Tapi, tentu saja anda juga bisa berdoa kapan saja anda mau di luar jam doa rutin anda itu.

2. Rencanakan jam Doa anda
“Latihlah dirimu beribadah” (1 Tim 4:7b). Perencanaan adalah bukti bahwa anda mau berdisiplin dan melatih diri, termasuk dalam hal doa sebagai ibadah pribadi Anda.

3. Berdoalah dalam keadaan fit
Beberapa orang berdoa saat mata mengantuk atau tubuh lelah. Akibatnya, bukannya berdoa, kita malah ketiduran. Jika memang anda sudah mengantuk saat jam doa tiba, ada baiknya lakukan sedikit senam ringan dulu. Anda juga bisa memakai waktu seperti seusai mandi atau waktu khusus di siang hari saat Anda masih fit. Anda juga bisa berdoa dengan duduk di kursi ketimbang sambil berbaring di tempat tidur. Apapun caranya, tindakan ini menunjukkan bahwa anda memang menaruh aktivitas doa sebagai salah satu prioritas utama dalam hidup anda.

4. Pastikan doa anda seimbang
Arti dari seimbang di sini antara lain:
a. Anda berdoa untuk diri sendiri maupun orang lain.
b. Mengaku dosa dan mensyukuri berkat Tuhan.
c. Memuji Tuhan untuk perbuatan-Nya dank arena Ia Tuhan.

5. Doa dengan pengharapan
Kita harus menaikkan doa dengan ‘pengharapan’. Artinya, kita mengharapkan dan mencari jawaban Tuhan atas doa kita. Doa orang benar bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yak.5.16). Buatlah daftar doa dan tandai doa yang telah Tuhan jawab.

6. Berdoa dengan spesifik
Sebutkan secara spesifik nama orang, tempat, kejadian, pikiran, dan berkat yang terkait dengan pokok doa anda. Hal ini akan membantu anda lebih berfokus dalam berdoa, membangun kesadaran sehingga lebih dengar-dengaran akan suara Tuhan. Selain itu, karena anda pasti juga ingin Tuhan menjawab doa anda dengan cara spesifik, doa anda tentu juga harus spesifik. Dan karena dosa yang anda lakukan terjadi dalam hal spesifik, maka pengampunan yang anda minta juga harus disebutkan secara spesifik.

7. Berdoa dengan hati-hati
Tuhan memang mengetahui isi hati kita lebih dari apa yang kita ucapkan. Ia tahu apa yang kita maksud meski kita tidak bisa mengucapkannya dengan tepat atau bahkan menutup-nutupinya dalam doa kita. Tapi itu tidak berarti kita boleh berdoa dengan mengucapkan segala yang kita mau. Dia adalah Allah yang kudus sehingga segala yang kita ucapkan dalam hadirat-Nya tidak boleh yang kotor. Demikian pula, kata-kata yang disampaikan dalam doa juga tidak boleh pura-pura sehingga doa kita malah dibungkus dengan sikap munafik yang juga adalah najis di hadapan Tuhan. Jadi, kita tetap tidak boleh sembarangan dalam berdoa karena Ia adalah Raja kita.

8. Berdoa secara Alkitabiah
Apapun yang kita lakukan hendaknya untuk kemuliaan Allah (1 Kor.10:31). Salah satu patokan dalam melakukan sesuatu yang memuliakan Allah adalah Alkitab. Jadi, dalam berdoa, teladanilah doa seperti dijelaskan dalam Alkitab. Teladani cara doa Yesus, teladani cara doa Paulus. Oleh sebab itu, jika ingin tahu cara mereka berdoa, kita harus mempelajari Alkitab.

9. Doakanlah hal yang penting
Doakan hal-hal yang penting, dalam ukuran Allah. Doa kita adalah supaya kehendak Tuhan yang jadi, bukan kehendak kita sendiri yang jadi. Tanyakan, apa yang Tuhan ingin lakukan? Apa yang Tuhan inginkan untuk saya lakukan hari ini? Apa yang ingin Tuhan ajarkan kepada saya melalui masalah ini? Bagaimana Tuhan ingin saya bertumbuh dan berkembang? Misalnya, jangan hanya berdoa agar seseorang disembuhkan dari penyakitnya, tapi doakan juga agar melalui pengalaman sakitnya ini hatinya dapat semakin dekat pada Tuhan dan lebih menghargai berkat kesehatan yang Tuhan berikan. Hal ini juga akan melatih anda agar dapat melihat dalam cara pandang Allah.

10. Berdoa secara intim
Ingatlah bahwa dengan berdoa, Anda sedang berhubungan secara pribadi dengan Tuhan. Sikap kita dalam melakukan komunikasi jenis ini tentu berbeda dengan sikap saat kita berkomunikasi dengan informasi nomor telepon. Komunikasi yang kita lakukan dalam doa adalah seperti orang tua dan anak, seperti sepasang kekasih, seperti sahabat dekat. Berdoalah agar Tuhan member anda pengertian untuk dapat lebih mengenal-Nya. Nyatakan ucapan syukur bahwa Ia telah bersedia hadir dalam kehidupan anda. Jangan lupa bahwa Tuhan berkata-kata kepada anda melalui firman-Nya di Alkitab, sementara anda berkata-kata dengan Dia melalui doa pribadi anda. Jadi, jangan sia-siakan kesempatan doa Anda, nikmatilah jam-jam doa anda d
engan Dia.

Friday, February 23, 2007

Perlengkapan Gereja

Di eropa ada beberapa macam perlengkapan Gereja yang digunakan untuk menyebah atau melakukan salah satu kehendak Persekutuan Gereja.


  • Lanciano, Italy -- 8th century
  • A priest has doubts about the Real Presence; however, when he consecrates the Host it transforms into flesh and blood. This miracle has undergone extensive scientific examination and can only be explained as a miracle. The flesh is actually cardiac tissue which contains arterioles, veins, and nerve fibers. The blood type as in all other approved Eucharistic miracles is type AB. Histological micrographs are shown.












  • Bolsena-Orvieta, Italy, 1263
    Again, a priest has difficulties believing in the Real Presence, and blood begins seeping out of the Host upon consecration. Because of this miracle, Pope Urban IV commissioned the feast of Corpus Christi, which is still celebrated today. Microbiological Studies




This miracle occurred during Mass in Betania, Venezuela, on the feast of the Immaculate Conception in 1991. A Consecrated Host, truly the flesh of Our Lord, began to bleed. A subsequent medical team concluded that the material extruded from the Host was blood of human origin. The local bishop declared it a sign of transubstantiation saying, "God is trying to manifest to us that our faith in the consecrated Host is authentic."


  • Blanot, France, 1331
  • The Eucharist falls out of a woman's mouth onto an altar rail cloth. The priest tries to recover the Host but all that remains is a large spot of blood the same size and dimensions as the wafer. The napkin was kept in the church as a living sign of God’s love. Later the napkin was cut and the tiny precious relic was encased in a vial of crystal. Even through two world wars, the relic never left the village. In times of unrest, it passed from house to house– being used from time to time for healing the sick. In times of peace, it returned to its proper home within the walls of the church and there it remains today for pilgrims from all over the world to see and adore. From Eucharistic Miracles by Joan Cruz, 1987, Tan Books and Publishers

  • Bagno di Romagna, Italy, 1412

  • This Eucharistic miracle occurred in the small Italian town of Bagno di Romagna as a priest was celebrating Mass and having great doubts about the True Presence of Our Lord in the Eucharist. After consecrating the wine, he looked into the chalice and was shocked to see wine turned to blood. It began to bubble out of the chalice and onto the corporal. Shaken by the event, the priest prayed for forgiveness. He eventually was given the title Venerable because of the pious life he led after the miracle. In 1958 an investigation confirmed the corporal contained human blood and still retained properties of blood nearly 600 years later. Perhaps the blood was bubbling to show us that Jesus is alive in the Eucharist. We reflect on how we need to change after receiving Him, letting Jesus become alive in us and filling us with the power of the Holy Spirit.


  • Sienna, Italy -- August 17, 1730
  • Consecrated Hosts remain perfectly preserved for over 250 years. Rigorous scientific experiments have not been able to explain this phenomena.


  • Bologna, Italy, 1933
  • The Lord gave to Imelda Lambertini a special gift at age 9 on the Feast of the Ascension in 1333. While praying, a Host appeared suspended in mid-air in front of her. The priest was called and he gave her Holy Communion. She went into ecstasy and never awakened. She died while receiving her First Holy Communion! Blessed Imelda’s incorrupt body lies in the church of San Sigismondo near the University of Bologna. Pope St. Pious X named her Protectress of First Holy Communicants. O Lord, let us die to You daily and receive You in the Eucharist as if it were our last. Let us also become as little children, having that innocent love and complete childlike trust in Your love and mercy.

  • Santarem, Portugal, 1247

  • A strange case: A host brought to a sorceress started to bleed... Fear overcame her and she went home and put the Host in a trunk, wrapped in her handkerchief and covered with clean linen.
    During the night she and her husband were awakened by a bright light coming from the trunk which illuminated the room. The wife told her husband of the incident and that the trunk contained a Consecrated Host. Both spent the night on their knees in adoration. A priest was called and took the Host back to the church and sealed it in melted beeswax.
    The miracle, 750 years old in 1997, was celebrated with much festivity in Santarem.
    We may ask why the Lord gives us these miracles and perhaps it is to show how present He is in the Eucharist and how much He loves us. He desires that all of us, even the lost sheep, come back to the fold and that He loves us, even when we sin. He is the God of Mercy and Love, and wants us to share that Love and Mercy with others.


  • Woodbridge, NewJersey, 1997

    Joe Fabics took this picture during an exposition of the Blessed Sacrament in th church of St. Joseph in Woodbridge.